I. UMUM
1.1. Sejarah
Singkat
Bayam
merupakan tanaman
sayuran yang dikenal
dengan nama ilmiah
Amaranthus spp.
Kata "amaranth"
dalam bahasa Yunani
berarti
"everlasting" (abadi)
. Tanaman bayam
berasal dari daerah
Amerika tropik.
Tanaman bayam
semula dikenal
sebagai tumbuhan
hias. Dalam
perkembangan
selanjutnya.
Tanaman bayam
dipromosikan
sebagai bahan
pangan sumber
protein, terutama
untuk negara-negara
berkembang. Diduga
tanaman bayam
masuk ke Indonesia
pada abad XIX ketika
lalu lintas
perdagangan orang
luar negeri masuk ke
wilayah Indonesia.
1.2. Sentra
Penanaman
Pusat penanaman
bayam di Indonesia
adalah Jawa Barat
(4.273 hektar), Jawa
Tengah (3.479
hektar), dan Jawa
Timur (3.022 hektar).
Propinsi lainnya
berada pada kisaran
luas panen antara
13.0 - 2.376 hektar.
Di Indonesia total
luas panen bayam
mencapai 31.981
hektar atau
menempati urutan
ke-11 dari 18 jenis
sayuran komersial
yang dibudidayakan
dan dihasilkan oleh
Indonesia. Produk
bayam nasional
sebesar 72.369 ton
atau rata-rata 22,63
kuintal per hektar.
1.3. Jenis Tanaman
Keluarga
Amaranthaceae
memiliki sekitar 60
genera, terbagi
dalam sekitar 800
spesies bayam
(Grubben, 1976).
Dalam kenyataan di
lapangan,
penggolongan jenis
bayam dibedakan
atas 2 macam, yaitu
bayam liar dan
bayam budidaya.
Bayam liar dikenal 2
jenis, yaitu bayam
tanah (A. blitum L.)
dan bayam berduri
(A. spinosus L.). Ciri
utama bayam liar
adalah batangnya
berwarna merah dan
daunnya kaku
(kasap).
Jenis bayam
budidaya dibedakan
2 macam, yaitu:
1. Bayam cabut atau
bayam sekul alias
bayam putih (A.
tricolor L.). Ciri - ciri
bayam cabut adalah
memiliki batang
berwarna kemerah-
merahan atau hijau
keputih - putihan,
dan memilki bunga
yang keluar dari
ketiak cabang.
Bayam cabut yang
batangnya merah
disebut bayam
merah, sedangkan
yang batangnya
putih disebut bayam
putih.
2. Bayam tahun,
bayam skop atau
bayam kakap (A.
hybridus L.). Ciri - ciri
bayam ini adalah
memiliki daun lebar -
lebar, yang
dibedakan atas 2
spesies yaitu:
1. A. hybridus
caudatus L., memiliki
daun agak panjang
dengan ujung
runcing, berwarna
hijau kemerah -
merahan atau merah
tua, dan bunganya
tersusun dalam
rangkaian panjang
terkumpul pada
ujung batang.
2. A. hibridus
paniculatus L.,
mempunyai dasar
daun yang lebar
sekali, berwarna
hijau, rangkaian
bunga panjang
tersusun secara
teratur dan besar -
besar pada ketiak
daun.
Varietas bayam
unggul ada 7 macam
yaitu; varietas Giri
Hijau, Giti Merah,
Maksi, Raja, Betawi,
Skop, dan Hijau.
Sedangkan beberapa
varietas bayam
cabut unggul adalah
Cempaka 10 dan
Cempaka 20.
1.4. Manfaat
Tanaman
Bayam merupakan
bahan sayuran daun
yang bergizi tinggi
dan digemari oleh
semua lapisan
masyarakat. Daun
bayam dapat dibuat
berbagai sayur
mayur, bahkan
disajikan sebagai
hidangan mewah
(elit). Di beberapa
negara berkembang
bayam dipromosikan
sebagai sumber
protein nabati,
karena berfungsi
ganda bagi
pemenuhan
kebutuhan gizi
maupun pelayanan
kesehatan
masyarakat.
Manfaat lainnya
adalah sebagai
bahan obat
tradisional, dan juga
untuk kecantikan.
Akar bayam merah
dapat digunakan
sebagai obat
penyembuh sakit
disentr. Daun dan
bunga bayam duri
berkhasiat untuk
mengobati penyakit
asma dan eksim.
Bahkan sampai batas
tertentu, bayam
dapat mengatasi
berbagai jenis
penyakit dalam.
Untuk tujuan
pengobatan luar,
bayam dapat
dijadikan bahan
kosmetik
(kecantikan). Biji
bayam digunakan
untuk bahan
makanan dan obat -
obatan. Biji bayam
dapat dimanfaatkan
sebagai pencampur
penyeling terigu
dalam pembuatan
roti atau dibuat
bubur biji bayam.
Ekstrak biji bayam
berkhasiat sebagai
obat keputihan dan
pendarahan yang
berlebihan pada
wanita yang sedang
haid.
II. SYARAT
PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
1. Keadaan angin
yang terlalu kencang
dapat merusak
tanaman bayam
khususnya untuk
bayam yang sudah
tinggi. Kencangnya
angin dapat
merobohkan
tanaman.
2. Karena tanaman
bayam cocok
ditanam di dataran
tinggi maka curah
hujannya juga
termasuk tinggi
sebagai syarat
pertumbuhannya.
Curah hujannya bisa
mencapai lebih dari
1.500 mm / tahun.
3. Tanaman bayam
memerlukan cahaya
matahari penuh.
Kebutuhan akan
sinar matahari untuk
tanaman bayam
cukup besar. Pada
tempat yang
terlindungi
(ternaungi),
pertumbuhan bayam
menjadi kurus dan
meninggi akibat
kurang mendapat
sinar matahari
penuh.
4. Suhu udara yang
sesuai untuk
tanaman bayam
berkisar antara 16 -
20 derajat C.
5. Kelembaban udara
yang cocok untuk
tanaman bayam
antara 40 - 60%.
2.2. Media Tanam
1. Tanaman bayam
menghendaki tanah
yang gembur dan
subur. Jenis tanah
yang sesuai untuk
tanaman bayam
adalah yang penting
kandungan haranya
terpenuhi.
2. Tanaman bayam
termasuk peka
terhadap pH tanah.
Bila pH tanah di atas
7 (alkalis),
pertumbuhan daun-
daun muda (pucuk)
akan memucat putih
kekuning - kuningan
(klorosis). Sebaliknya
pada pH di bawah 6
(asam),
pertumbuhan bayam
akan merana akibat
kekurangan
beberapa unsur.
Sehingga pH tanah
yang cocok adalah
antara 6 - 7.
3. Tanaman bayam
sangat reaktif
dengan ketersediaan
air di dalam tanah.
Bayam termasuk
tanaman yang
membutuhkan air
yang cukup untuk
pertumbuhannnya.
Bayam yang
kekurangan air akan
terlihat layu dan
terganggu
pertumbuhannya.
Penanaman bayam
dianjurkan pada
awal musim hujan
atau akhir musim
kemarau.
4. Kelerengan lahan
untuk budidaya
tanaman bayam
adalah sekitar 15 -
45 derajat.
2.3. Ketinggian
Tempat
Dataran tinggi
merupakan tempat
yang sesuai untuk
pertumbuhan
tanaman bayam.
Ketinggian tempat
yang baik yaitu
±2000 m dpl.
III. PEDOMAN TEKNIS
BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan
Benih
Benih / biji yang baik
untuk bertanam
bayam adalah dapat
memenuhi
persyaratan sebagai
berikut:
a) berasal dari induk
yang sehat,
b) bebas dari hama /
penyakit,
c) daya kecambah 80
prosen, dan
d) memiliki
kemurnian benih
yang tinggi.
Disamping
persyaratan seperti
yang disebutkan
diatas, benih / bibit
yang digunakan
kalau bisa
merupakan benih
unggul agar nantinya
tahan terhadap
hama dan penyakit.
3.1.2. Penyiapan
Benih
Benih Bayam sayur
yang ditanam petani
kebanyakan
swadaya dari
tanaman terdahulu
yang sengaja
dibiarkan tumbuh
terus untuk produksi
biji. Keperluan benih
untuk lahan 1 hektar
berkisar antara 5 -
10 kg, atau 0,5 - 1,0
gram per m2 luas
lahan. Biji dipanen
pada waktu musim
kemarau dan hanya
dipilih tandan yang
sudah tua (masak).
Tandan harus
dijemur beberapa
hari, kemudian biji
dirontokkan dari
tandan dan
dipisahkan dari sisa -
sisa tanaman. Untuk
memproduksi bibit
bagi satu hektar
kebun yang berisi
25000 - 40000
tanaman,
kemungkinan
dibutuhkan sekitar 1
- 2 kg benih.
3.1.3. Teknik
Penyemaian Benih
Lahan untuk
pembibitan dipilih
yang lebih tinggi dari
sekitarnya dan
bebas dari hama dan
penyakit tanaman
maupun gulma.
Pembibitan diberi
atap plastik atau
atap jerami padi.
Benih bayam disebar
merata atau berbaris
- baris pada tanah
persemaian dan
ditutup dengan
selapis tanah tipis.
3.1.4. Pemeliharaan
Pembibitan /
Penyemaian
Dalam pemeliharaan
benih / bibit perlu
dilakukan
penyiraman dengan
teratur dan hati-hati.
Tanah yang
digunakan juga perlu
dipupuk agar
kesuburannya tetap
terjaga. Pupuk yang
digunakan sebaiknya
pupuk kandang.
Setelah bibit tumbuh
dan ada benih yang
terserang hama /
penyakit maka perlu
disemprot dengan
pestisida dengan
dosis rendah.
3.1.5. Pemindahan
Bibit
Setelah bibit tumbuh
berumur sekitar 7 -
14 hari, bibit
dipindah-tanam ke
dalam pot-pot yang
terbuat daun pisang
atau kantong plastik
es mambo yang
sebelumnya telah
diisi dengan medium
tumbuh campuran
tanah dan pupuk
organik yang halus
(1:1). Bibit dalam pot
disiram teratur dan
setelah berumur
sekitar 7 - 14 hari
setelah dipotkan,
bibit tersebut telah
siap untuk dipindah-
tanam ke lapangan.
3.2. Pengolahan
Media Tanam
3.2.1. Persiapan
Sebelum pengolahan
lahan dilakukan perlu
diketahui terlebih
dahulu pH tanah
yang sesuai yaitu
antara 6 - 7 sehingga
perlu dilakukan
pengukuran dengan
menggunakan pH-
meter. Selanjutnya
menganalisis tanah
yang cocok untuk
tanaman bayam,
apakah perlu
dilakukan
pemupukan atau
tidak. Kapan
tanaman akan
ditanam dan
sebaiknya pada awal
musim hujan atau
akhir musim
kemarau. Berapa
luas lahan yang akan
ditanami dan akan
melakukan sistem
polikultur atau
monokultur. Dan
berapa banyak
kebutuhan benih
untuk dapat
memenuhi produk
bayam yang
diinginkan.
3.2.2. Pembukaan
Lahan
Lahan yang akan
ditanami dicangkul /
dibajak sedalam 30 -
40 cm, bongkah
tanah dipecah gulma
dan seluruh sisa
tanaman diangkat
dan disingkirkan lalu
diratakan. Lahan
kemudian dibiarkan
selama beberapa
waktu agar tanah
matang benar.
3.2.3. Pembentukan
Bedengan
Setelah tahap
pencangkulan
kemudian dibuat
bedengan dengan
lebar sekitar 120 cm
atau 160 cm,
tergantung jumlah
populasi tanaman
yang akan ditanam
nanti. Dibuat parit
antar bedengan
selebar 20 - 30 cm,
kedalaman 30 cm
untuk drainase. Pada
bedengan dibuat
lubang - lubang
tanam, jarak antar
barisan 60-80 cm,
jarak antar lubang
(dalam barisan)
40-50 cm.
3.2.4. Pengapuran
Apabila pH tanah
terlalu rendah maka
diperlukan
pengapuran untuk
menaikkannya.
Pengapuran dapat
menggunakan kapur
pertanian atau Calcit
maupun Dolomit.
Pada tipe tanah pasir
sampai pasir
berlempung yang pH-
nya 5,5 diperlukan ±
988 kg kapur
pertanian / ha untuk
menaikkan pH
menjadi 6,5. Kisaran
kebutuhan kapur
pertanian pada
tanah lempung
berpasir hingga liat
berlempung ialah
antara 1.730 - 4.493
kg / hektar.
Sebaliknya, untuk
menurunkan pH
tanah, dapat
digunakan tepung
Belerang (S) atau
Gipsum, biasa sekitar
6 ton / hektar. Cara
pemberiannya,
bahan - bahan
tersebut disebar
merata dan
dicampur dengan
tanah minimal
sebulan sebelum
tanam.
3.2.5. Pemupukan
Pemupukan awal
menggunakan pupuk
kandang yang telah
masak. Waktu
pemupukan
dilakukan satu
minggu atau dua
minggu sebelum
tanam. Cara
pemupukan adalah
dengan disebarkan
merata diatas
bedengan kemudian
diaduk dengan tanah
lapisan atas. Untuk
pemupukan yang
diberikan per
lubanng tanam, cara
pemberiannya
dilakukan dengan
memasukkan pupuk
ke dalam lubang
tanam. Dosis
pemberian pupuk
dasar disesuaikan
dengan jenis
tanaman dan
keadaan lahan. Akan
tetapi dosis untuk
pupuk kandang
sekitar 10 ton per
hektar. Pemupukan
per lubang tanam
biasanya diperlukan
sekitar 1 - 2 kg per
lubang tanam.
3.2.6. Pemberian
Mulsa
Untuk memperoleh
hasil produksi yang
berkualitas baik
maka di dalam
penanaman perlu
dipasang palstik
perak-hitam sebagai
mulsa. Dengan
penggunaan plastik
ini dapat mengurangi
serangan hama dan
penyakit termasuk
gangguan gulma dan
lainnya.
3.3. Teknik
Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola
Tanam
Jarak tanam untuk
tanaman bayam
adalah antara 60 cm
x 50 cm atau 80 cm x
40 cm. Jarak tanam
tersebut dapat
divariasikan sesuai
dengan tingkat
kesuburan tanah dan
jenis bayam
sehingga populasi
tanaman per hektar
berkisar antara
30.000 - 60.000
tanaman. Pola tanam
untuk bayam cabut
adalah monokultur.
Dalam satu
hamparan lahan
biasanya ditanam
berbagai jenis
tanaman dengan
pola mosaik (perca),
yaitu berbagai
tanaman ditanam
monokultur pada
petak - petak
tersendiri. Tanaman
lainnya tadi antara
lain seperti
kakngkung (darat),
selada, lobak, paria,
kemangi dan
sayuran lalapan
lainnya.
3.3.2. Pembuatan
Lubang Tanam
Lubang tanam dapat
dibuat dengan
menggunakan alat
kayu dengan cara di
pukul-pukul sehingga
membentuk lubang.
Jarak antara barisan
adalah 60 - 80 cm
dan jarak antar
lubang (antar
barisan) 40 - 50 cm.
3.3.3. Cara
Penanaman
Penanaman dapat
langsung di lapangan
tanpa penyemaian
atau dengan
penyemaian terlebih
dahulu. Apabila tanpa
penyemaian maka
biji bayam dicampur
abu disebarkan
langsung di atas
bedengan menurut
barisan pada jarak
antar barisan 20 cm
dan arahnya
membujur dari Barat
ke Timur. Setelah
disebarkan benih
segera ditutup
dengan tanah halus
dan disiram hingga
cukup basah. Waktu
penanaman paling
baik adalah pada
awal musim hujan.
Dengan penyemaian
maka tanaman
dapat tumbuh
dengan lebih baik
karena benih
diperoleh dengan
cara seleksi untuk
ditanam.
3.4. Pemeliharaan
Tanaman
3.4.1. Penjarangan
dan Penyulaman
Apabila sewaktu
menyebar benih
secara langsung di
lapangan tidak
merata maka akan
terjadi pertumbuhan
yang mengelompok
(rapat) sehingga
pertumbuhannya
terhambat karena
saling bersaing satu
sama lain. Oleh
karena itu perlu
dilakukan
penjarangan
sekaligus sebagai
panen pertama.
Apabila tanaman
bayam dihasilkan
dari benih yang
disemai maka
setelah penanaman
di lapangan ada yang
mati / terserang
penyakit, maka perlu
dilakukan
penyulaman dengan
mengganti tanaman
dengan yang baru.
Caranya dengan
mencabut dan
apabila terserang
penyakit segera
dimusnahkan agar
tidak menular ke
tanaman lainnya.
Penyulaman dapat
dilakukan seminggu
setelah tanam.
3.4.2. Penyiangan
Penyiangan
dilakukan apabila
muncul gulma
tanaman Gelang
(Portulaca oleracea)
dan rumput liar
lainnya. Kehadiran
gulma gelang dapat
menurunkan
produksi bayam
antara 30 - 65%.
Penyiangan
dilakukan
bersamaan dengan
penggemburan
tanah. Alat yang
digunakan dalam
penyiangan dapat
berupa cangkul kecil
atau sabit. Caranya
dengan dicangkul
untuk mencabut
gulma atau langsung
dicabut dengan
tangan. Disamping
itu pencangkulan
dilakukan untuk
menggemburkan
tanah.
3.4.3. Pembubunan
Proses pembubunan
dilakukan
bersamaan dengan
penyiangan.
3.4.4. Perempalan
Apabila perawakan
tanaman terlalu
subur, mungkin perlu
dilakukan
perempalan tunas -
tunas liar dan
pemasangan ajir /
turus untuk
memperkuat
tegaknya tanaman
agar tidak rebah.
3.4.5. Pemupukan
Pemupukan
dilakukan dengan
menggunakan pupuk
organik, untuk tiap
lubang calon
tanaman sekitar 0,4
- 0,8 kg. Dengan
demikian kuantum
pupuk organik akan
berkisar 15 - 30 ton.
Untuk pertanaman di
dataran rendah
bekas sawah, pupuk
organik tidak
diberikan, tinggi
bedengan perlu
ditambah dan
dalamnya parit antar
bedengan perlu
diperdalam. Pupuk
organik yang
diberikan adalah
pupuk N (Urea
sekitar 250 kg / ha
atau ZA 500 kg / ha)
cara dilarutkan
dalam air ± 25
gram / 10 liter air,
TSP 300 kg / ha dan
KCl 200 kg/ha. N
diberikan dua kali,
setengah takaran
pada waktu tanam
dan yang
setengahnya lagi
pada umur 30 hari
setelah tanam.
Apabila ternyata
nanti pertumbuhan
tanaman kurang
subur, dapat
dipertimbangkan
untuk memberi
pupuk N susulan
dengan takaran
sekitar 125 kg / ha,
interval sekitar 30
hari dan dihentikan
30 hari sebelum
panen. Pupuk P
diberikan sekali pada
waktu tanam,
sedangkan pupuk K
diberikan dua kali,
setengah takaran
pada waktu tanam
dan setengah lagi
pada umur 30 hari
setelah tanam.
3.4.6. Pengairan dan
Penyiraman
Pada fase awal
pertumbuhan,
sebaiknya
penyiraman
dilakukan rutin dan
intensif 1 - 2 kali
sehari, terutama di
musim kemarau.
Waktu yang paling
baik untuk menyiram
tanaman bayam
adalah pagi atau
sore hari, dengan
menggunakan alat
bantu gembor
(emrat) agar air
siramannya merata.
3.4.7. Waktu
Penyemprotan
Pestisida
Jenis pestisida yang
digunakan untuk
tanaman bayam
adalah Dithane M -
45 dengan dosis 1,5 -
2 gram / liter air,
Ambush 2 EC atau
Lannate 2 EC dengan
konsentrasi 2 gram
per liter air.
Penyemprotan
dilakukan dengan
menggunakan alat
penyemprot berupa
tangki sprayer. Cara
penyemprotan yaitu
jangan dilakukan
ketika angin bertiup
kencang dan jangan
menentang arah
datangnya angin.
Jangan melakukan
penyemprotan pada
saat akan hujan dan
sebaiknya
dicampurkan bahan
perekat. Waktu
penyemprotan
dilakukan pada pagi
hari benar atau sore
hari ketika udara
masih tenang. Hal
tersebut untuk
menghindari matinya
lebah atau serangga
lainnya yang
menguntungkan.
3.5. Hama dan
Penyakit
3.5.1. Hama
1. Serangga ulat
daun (Spodoptera
Plusia Hymenia)
Gejala: daun
berlubang - lubang.
Pengendalian:
pestisida / cukup
dengan
menggoyangkan
tanaman.
2. Serangga kutu
daun (Myzus
persicae Thrips sp.)
Gejala: daun rusak,
berlubang dan layu.
Pengendalian:
pestisida / cukup
dengan
menggoyangkan
tanaman.
3. Serangga tungau
(Polyphagotarsonemus
latus)
Gejala: daun rusak,
berlubang dan layu.
Pengendalian:
pestisida / cukup
dengan
menggoyangkan
tanaman.
4. Serangga lalat
(Liriomyza sp.)
Gejala: daun rusak,
berlubang dan layu.
Pengendalian:
pestisida / cukup
dengan
menggoyangkan
tanaman.
3.5.2. Penyakit
1. Rebah kecambah
Penyebab: cendawan
Phytium sp. Gejala:
menginfeksi batang
daun maupun batang
daun. Pengendalian:
Fungisida
2. Busuk basah
Penyebab: cendawan
Rhizoctonia sp.
Gejala: adanya
bercak - bercak
putih. Pengendalian:
sama dengan
pengendalian
penyakit rebah
kecambah.
3. Karat putih
Penyebab: cendawan
Choanephora sp.
Gejala: menginfeksi
batang daun dan
daunnya.
Pengendalian: sama
dengan pengendalian
penyakit rebah
kecambah.
3.5.3. Gulma
Jenis gulma: rumput
- rumputan, alang-
alang. Ciri - ciri:
tumbuh mengganggu
tanaman budidaya.
Gejala: lahan banyak
ditumbuhi pemila
liar. Pencegahan:
herbisida
3.6. Panen
3.6.1. Ciri dan Umur
Panen
Ciri-ciri bayam cabut
siap panen adalah
umur tanaman
antara 25 - 35 hari
setelah tanam.
Tinggi tanaman
antara 15 - 20 cm
dan belum berbunga.
Waktu panen yang
paling baik adalah
pagi atau sore hari,
saat suhu udara
tidak terlalu tinggi.
3.6.2. Cara Panen
Cara panennya
adalah dengan
mencabut seluruh
bagian tanaman
dengan memilih
tanaman yang sudah
optimal. Tanaman
yang masih kecil
diberi kesempatan
untuk tumbuh
membesar, sehingga
panen bayam identik
dengan penjarangan.
3.6.3. Periode Panen
Panen pertama
dilakukan mulai
umur 25 - 30 hari
setelah tanam,
kemudian panen
berikutnya adalah
3-5 hari sekali.
Tanaman yang sudah
berumur 35 hari
harus dipanen
seluruhnya, karena
bila melampaui umur
tersebut kualitasnya
menurun atau
rendah; daun -
daunnya menjadi
kasar dan tanaman
telah berbunga.
3.6.4. Prakiraan
Produksi
Produksi bayam per
hektar dapat
mencapai sekitar
22.630 kg.
3.7. Pascapanen
3.7.1. Pengumpulan
Pengumpulan
dilakukan setelah
panen dengan cara
meletakkan di suatu
tempat yang teduh
agar tidak terkena
sinar matahari
langsung, karena
dapat membuat
daun layu.
3.7.2. Penyortiran
dan Penggolongan
Penyortiran
dilakukan dengan
memisahkan bayam
yang busuk dan
rusak dengan bayam
yang baik dan segar.
Disamping itu juga
penggolongan
terhadap bayam
yang daunnya besar
dan yang daunnya
kecil. Setelah itu
diikat besar - besar
maupun langsung
degan ukuran ibu
jari.
3.7.3. Penyimpanan
Penyimpanan untuk
menjaga kesegaran
bayam dapat
diperpanjang dari 12
jam tempat terbuka
(suhu kamar)
menjadi 12 - 14 hari
dengan perlakuan
suhu dingin
mendekati 0 derajat
C, misalnya dengan
remukan es.
3.7.4. Pengemasan
dan Pengangkutan
Pengemasan
(pewadahan) dalam
telombong atau
dedaunan yang
digulungkan
menyelimuti seluruh
bagian bayam,
sehingga terhindar
dari pengaruh
langsung sinar
matahari.
Pengangkutan ke
pasar dengan cara
dipikul maupun
angkutan lainnya,
seperti mobil atau
gerobak.
3.7.5. Pencucian
Pencucian hasil
panen pada air yang
mengalir dan bersih,
atau air yang
disemprotkan
melalui selang
maupun pancuran.
3.7.6. Penanganan
Lain
Bayam dapat diolah
menjadi berbagai
jenis masakan.
Sewaktu memasak
bayam ialah tidak
boleh terlalu lama.
Bayam cukup hanya
direbus selama ± 5
menit. Memasak
bayam terlalu lama
akan menyebabkan
daun-daunnya
menjadihancur
(lonyoh), rasanya
tidak enak, dan
kandungan vitamin
C-nya menguap
(menghilang).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar